Langsung ke konten utama

Postingan

Langkah-langkah Menulis di Media Masa

Selama 8 tahun menulis, banyak sekali pertanyaan templat dari orang-orang. Beberapa di antaranya adalah : "Gimana sih caranya tulisanmu terbit di media?" dan "Nulis di media itu ada honornya enggak?" Melalui tulisan ini, saya berikrar akan menjawabnya. Tapi ada syaratnya, kalau tulisan ini membawa manfaat untukmu kamu wajib membagikannya ya. Kalau menurutmu gak ada manfaat, sila tinggalkan komentar (no SARA okay). Apa yang pertama kali harus disiapkan penulis supaya tulisannya terbit di media? Jawabannya adalah niat, yap niat. Kamu gak perlu repot-repot datang ke kafe, bawa laptop, pesan americano atau cappuccino. Kamu cukup niat dalam hati kalau kamu mau menulis.  Hal kedua adalah, siapkan camilan, eh bukan bukan, maksudku tulisan. Kalau kamu sudah siap niat, mau punya camilan atau enggak, mau ada kopi atau enggak, kamu akan tetap menulis. Karena kalau kamu enggak punya tulisan, apa yang mau dikirim ke media? Kamu mau kirim email kosong? (Aku pernah sih, memang pek...

Candu Bahasa 1 : Kadang Cinta Datang Karena Dipaksa

 Halo teman-teman. Perkenalkan namaku Imam Khoironi. Aku adalah orang di balik tulisan-tulisan yang pernah teman-teman baca di blog ini. Di pertengahan tahun ini, aku ingin menantang diriku untuk membuat semacam seri tulisan. Tulisan ini nantinya akan ditayangkan di blog secara rutin dalam tiap minggu dalam rubrik yang aku namai "Candu Bahasa" Catatan Duta Bahasa. Ya, aku baru saja menyandang gelar baru. Gelar sekaligus tanggungjawab. Seperti kata Uncle Ben di film Spiderman "With great power comes great responsibility". Bulan ini aku telah dikukuhkan menjadi Duta Bahasa Provinsi Lampung. Oleh karena mengemban tanggungjawab itu, dengan apa yang aku punya, aku ingin berkontribusi. Setidaknya untuk melatih diriku disiplin dalam menulis. Seri tulisan ini akan menjadi medan tempurku yang pertama. Untuk mengawalinya, mari kita ucapkan bismillah. Selamat menyelami perjalanan kepenulisanku. Dalam rubrik ini aku ingin bercerita, tentang awal mula kecintaanku pada sesuatu ya...

Menjadi Penulis Adalah Latihan, Bukan Cuma Bakat

 Sewaktu bertemu dengan teman, saya memberitahunya bahwa saya sekarang jadi penulis. Dia sempat ragu, tatapannya tidak menggambarkan keyakinan. Dalam hatinya mungkin, "ah, orang ini sedang bergurau." Seakan mengerti arah pikirannya, spontan saya katakan, "saya tidak sedang bercanda." Kemudian, dia dengan penasaran menanyakan, apa buktinya kalo kamu penulis. Lantas saya menyuruhnya untuk membuka google dan mengetik nama saya. Alangkah terkejutnya dia, ketika tahu bahwa temannya - yang ketika sd dan smp selalu mendapat nilai jelek dalam pelajaran Bahasa Indonesia - menjadi penulis. Seperti belum puas, dia kemudian bertanya, sejak kapan kamu menulis? Kujawab, sejak sma. Kemudian dia menimpali, kamu dulu itu gak keliatan ada bakat nulis loh kok bisa jadi penulis, apalagi nilai harian bahasa Indonesia mu itu loh enggak pernah dapet 80. Yap, cerita di atas adalah fakta. Fakta bahwa saya adalah pembenci pelajaran bahasa Indonesia ketika sekolah dasar dan sekolah menengah ...

5 Situs Ini Bakal Bikin Kamu Tambah Kritis Berpikir

Perkembangan sistem informasi pada satu dekade terakhir begitu pesat. Setiap orang di segala tempat dapat mendapatkan informasi dari berbagai sumber dengan begitu cepat, entah melalui sosial media maupun media digital atau website. Akan tetapi kemutakhiran teknologi informasi tersebut tidak dibarengi dengan perkembangan kecerdasan penggunanya. Ini dibuktikan dengan masifnya berita hoax yang tersebar dari berbagai platform sosial media, belum lagi dengan banyaknya situs yang menyesatkan seperti judi online, pinjaman online, maupun situs berbau pornografi yang bisa dengan mudah diakses oleh semua orang dengan ' smartphone '-nya.  Keberadaan internet pada dasarnya merupakan alat bantu untuk mempermudah kehidupan manusia. Selain itu internet juga menjadi salah satu sumber informasi serta ilmu pengetahuan yang cepat dan efektif. Meskipun sebagai user kita harus pintar memilih website-website mana saja yang kredibel, terpercaya dan juga terbaik dalam menyajikan berbagai kontennya. ...

Cerpen "Darah Daging" | Medan Pos

Darah Daging Terbit pada 2 Februari 2020 Menyepi suasana rumah itu sekarang, setelah ditinggal salah satu penghuninya. Rumah sederhana itu kini cuma ada 2 manusia berteduh disana. Seorang anak laki-laki dengan ibunya. Siang itu terdengar suara seorang anak laki-laki masuk kerumah itu dan memanggil – manggil ibunya “Ibu... Ibu... Ibu...” sembari menangis tersedu – sedu. “Ada apa nak? Mengapa kau menangis?”   Maisaroh kaget melihat putranya masuk rumah sambil menangis. “Apakah semua orang di komplek rumah kita sudah lupa dengan namaku? Sehingga mereka memanggilku Topik , itu kan nama ayah,” ujar Ardan dengan nada kebingungan, masih sambil menangis. Dengan santai Maisaroh menjawab pertanyaan anaknya “Jadi hanya karena itu jagoan ibu menangis, lalu apakah kau mau tau mengapa mereka memanggilmu dengan nama almarhum ayahmu?” Ardan tidak menjawab, dia hanya menganggukan kepala dengan masih diiringi senggukan. Kemudian Maisaroh berjalan meninggalkan Ardan, menuju sebuah k...

Puisi Imam Khoironi | Radar Tasikmalaya

Selamat Hari Puisi Nasional Mari Berpuisi Untuk Indonesia yang Lebih bersemi #Dirumahaja #Bacapuisi #Bersastrauntuknegeri     Di Dapur Matahari belum gegap, ufuk timur masih senyap. Pagi masih berhutang dengan malam, Ia melunasinya kali ini Tapi kulihat di dapur, cahaya dari sudut lain semarak. Cahaya dari api di tungku penghidupan Suara wajan yang beradu dengan pedang, menggiring anak-anak ayam mewarta, pada induk mereka Namun, sebelum kayu bakar benar-benar menjelma bara Sebelum asap diserap daun-daun pagi Sebelum air di dalam panci, bergemuruh Sebelum seluruh batu bata di dapur, menghitam Sebelum aku mengerang karena maag, Suara Ibu sudah masak di daun telinga mendoa buatku, membangunkanku Candipuro, 26 Maret 2019 Lekang Aku akan terima segala ucapan Bermula saat kedatangan Hingga akhirnya bertemu selamat tinggal, Selamat jalan dan sampai jumpa. Pada setiap jumpa, kita akan mencari Waktu untuk berpulang ...

Puisi Imam Khoironi | Bali Pos

Sumpah Seorang Pemuda Kepada Ibunya Ibu. Aku bersumpah demi yang lebih tinggi Dari bendera dan   apa saja Tanahmu, akan kujadikan tempat kuburku Meredam panas darahku Ibu. Aku bersumpah demi penguasa kehendak Dan kehendak itu sendiri Nasibku biar jadi misteri Semoga menjadi jati diri Ibu. Aku bersumpah demi penyair paling merdeka Dan paling berkuasa di jaga raya Puisi ini kutulis tanpa bahasa apa-apa Kecuali ini bahasamu, Ibu. Way Halim, 28 Oktober 2019 Menggambar Pohon Bagi kami: Yang membalut napas dengan debu kering tanah lapang Retak dan merekah seperti bunga di pertengahan musim semi Serta tidak lupa mengantar doa menuju langit melalui lampion-lampion Juga mantra-mantra yang tak lagi kudus Mencari jalan setapak untuk menemui roh Yang coba menembus langit membincangkan Pengadilan dunia pada Tuhan Ketahuilah: Akar-akar rumput sudah menembus batu Dan pohon dengan daun-daun hijau hanya ada Pada buku mewarnai ...